MINUT, MediaDaerah.com – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Minahasa Utara (Minut) terus memperkuat sinergi dengan berbagai elemen masyarakat untuk menjaga kualitas demokrasi di daerah.
Hal itu diwujudkan melalui kegiatan Penguatan Kelembagaan bertema “Sinergitas Bawaslu Minahasa Utara Bersama Tokoh Masyarakat Dalam Memperkuat Demokrasi” yang digelar di The Sentra Hotel Manado, Minut Kamis (16/10/2025).
Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Bawaslu Minut, Rocky Ambar, dengan menghadirkan narasumber melalui via zoom Anggota Komisi II DPR RI, Arif Wibowo dan Peneliti Sindikasi Pemilu dan Demokrasi, Adnan Maghribbi.
Rocky Ambar saat sambutan mengatakan, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kapasitas peserta dalam upaya memperkuat demokrasi.
“Pastinya peran tokoh masyarakat sangat penting dalam mewujudkan ini. Begitu juga jurnalis yang merupakan mitra strategis dalam menyebarluaskan informasi ke masyarakat terkait kepemiliuan. Intinya lewat kegiatan ini kita dapat memberikan berbagai masukan,” tukasnya.
Dalam pemaparan materi, Anggota Komisi II DPR RI, Arif Wibowo, mengawali dengan penjelasan rencana DPR dan Pemerintah membahas perubahan Undang-undang (UU) Pemilu.
“Diskusi hari ini ada korelasi dengan itu. Awalnya tahun depan, kita akan membahas bersama pemerintah terkait perubahan UU Pemilu ini,” ungkapnya.
Ia menerangkan terkait sejarah pelaksanaan Pemilu yang dimulai pada 1955 hingga Pemilu 2024. Menurutnya, dinamika pelaksanaan Pemilu perlu dievaluasi secara bersama.
“Apalagi yang menjadi tantangan yaitu soal praktik politik uang di Pemilu dan Pilkada. Ini menjadi ancaman bagi demokrasi kita,” terangnya.
Sementara itu, Peneliti Sindikasi Pemilu dan Demokrasi, Adnan Maghribbi, menerangkan keberadaan tokoh masyarakat menjadi penting untuk memperkuat budaya demokrasi.
Ia mengakui, tingkat partisipasi Pemilu di Indonesia dinilai cukup tinggi berada di angka 79,09 persen. Itu lebih tinggi dibandingkan partisipasi Pemilu di Jerman, Amerika, dan Inggris.
Meski begitu, Adnan mengungkapkan, tingginya partisipasi Pemilu di Indonesia lahir dari tingkatan yang tidak demokrasi.
“Partisipasi itu kebanyakan karena ada politik uang atau mobilitas tertentu. Ini secara subtansi merusak demokrasi,” bebernya.
Oleh karena itu, Adnan menekankan fungsi tokoh masyarakat yang sangat penting memperkuat budaya demokrasi.
“Tokoh masyarakat itu punya modal sosial yang lebih tinggi. Mereka dihormati di lingkungan masyarakat. Ini tentu akan sangat baik untuk bersama memperkuat demokrasi kita,” tandasnya.
Kegiatan ini dihadiri para tokoh masyarakat, LSM dan jurnalis di Kabupaten Minut. (Bril)