Humaniora

Rembuk Stunting di Sangihe, Kaper BKKBN Sulut: Langkah Maju Mencari Solusi Bersama Turunkan Stunting

SANGIHE – Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui Dinas PPKB melaksanakan kegiatan Rembuk Stunting di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sangihe, Senin (17/4/2023).

Rembug Stunting ini dihadiri Penjabat (Pj) Bupati Sangihe dr Rinny Tamuntuan, Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Sulut Ir.Diano Tino Tandaju.M.Erg, bersama jajaran yakni Ketua Pokja Pengendalian Penduduk Ir. Ronny Sumilat, Ketua Pokja ADPIN Rosillia B Wowiling,S.Sos.M.Si dan Tim, Koordinator Program Manager Satgas PPS Murphy Kuhu.S.Si.

Selanjutnya, Forkopimda Kabupaten Sangihe, BPJS Kesehatan Sangihe, Ketua Sinode GMIST, Ketua MUI, Tenaga Ahli PMD, koordinator kekuarga harapan, Ketua IDI, IBI, PPNI, Tim Pakar AKS Dokter Specialis Anak, Tim Pakar AKS Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Tim Pakar AKS Ahli Gizi, serta jajaran Pemkab Sangihe.

Rembuk Stunting merupakan langkah penting yang dilakukan untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting yang dilakukan secara bersama sama, antara OPD penanggung jawab layanan dengan sektor/lembaga non-pemerintah dan masyarakat.

Pj Bupati Sangihe dr Rinny Tamuntuan mengatakan, dalam rangka percepatan penurunan stunting ada beberapa upaya yang dilakukan pihaknya.

“Seperti Aksi Senin Ceria, berupa pemberian vitamin yang dilakukan di sekolah-sekolah bagi para remaja,” terangnya.

Ia mengakui dengan melaksanakan Rembuk Stunting, diharapkan akan ada komitmen bersama dalam upaya penurunan stunting dari seluruh stakeholder di Kabupaten Sangihe.

Bupati Rinny mengatakan, Pemkab Sangihe menargetkan penurunan stunting hingga mencapai 15,9 persen di akhir tahun ini.

“Target nasional untuk stunting yaitu di bawah 14 persen. Kita akan berupaya maksimal untuk mencapai anga tersebut,” sebutnya.

Untuk mencapai target tersebut, katanya, memerlukan kerja keras. Pemkab Sangihe bersama pemangku kepentingan terkait akan berupaya maksimal memenuhi target tersebut.

Pemkab Sangihe sendiri, tambah dia, menargetkan penurunan angka stunting di tahun 2024 sebesar 13,5 persen.

Hanya saja menurut dia, penyiapan SDM unggul masih menghadapi banyak tantangan termasuk masih tingginya angka kasus stunting yang ada di Indonesia termasuk di Sangihe.

Karena itu menurut dia, permasalahan nasional ini harus ditangani bersama oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi serta mengevaluasi kasus stunting yang ada di Kabupaten Sangihe.

Dia menyebutkan, menurut pengukuran hasil survei status gizi balita untuk tahun 2021 angka prevalensi stunting di Kabupaten Kepulauan Sangihe berada di angka 22,77 persen.

Angka tersebut kemudian menurun di bulan Februari 2022 menjadi 18,50 persen. Ia menjelaskan, referensi lainnya menurut pencatatan pada aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat, tahun 2021 prevalensi stunting berada pada angka 8,3 persen, Februari 2022 pada angka 6,22 persen dan di bulan Agustus 2022 pada angka 4,2 persen, sementara di bulan Februari 2023 berada pada angka 3,27 persen.

“Terima kasih untuk kerja bersama ini sehingga prevalensi angka stunting terus menurun,” ujarnya.

Sementara itu, Kaper BKKBN Sulut Ir. Diano Tino Tandaju, M.Erg menyampaikan informasi tentang Kebijakan dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting.

Ia mengakui, Rembug Stunting di Kabupaten Sangihe menjadi ruang mempercepat penurunan di daerah tersebut.

“Agenda kegiatan rembug stunting ini adalah upaya bersama bagaimana mempercepat penurunan angka stunting di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Ini adalah langkah maju mencari solusi bersama,” akunya.

Diano menerangkan, target stunting secara nasional di tahun 2024 adalah di bawah 14 persen, sehingga semua kabupaten dan kota termasuk Sangihe berupaya maksimal mencapai target itu.

Karena itu, katanya, Rembug Stunting menjadi media bersama semua pemangku kepentingan memahami dengan tepat persoalan dan mencari jalan keluar menangani persoalan stunting tersebut.

“Satu dari empat anak Indonesia mengalami gangguan pertumbuhan yang disebut stunting. Stunting ini menyebabkan anak gagal tumbuh, pendek, kurang cerdas, dan beresiko terkena beberapa penyakit,” ujar Diano mengutip penjelasan Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo.

Ia menerangkan, stunting terjadi sejak dari dalam kandungan dan kekurangan gizi dan anemia sejak remaja berpengaruh terhadap stunting, kehamilan tanpa persiapan yang matang serta pola asuh yang salah dapat menyebabkan anak stunting.

“Stunting bisa diatasi hanya dalam 1000 hari kehidupan pertama. karena itu, keluarga dan kehamilan harus direncanakan. Rencanakan keluarga sejak dini karena semua bisa beresiko melahirkan anak stunting, dengan bergotong-royong kita harus bisa mewujudkan Indonesia emas yang bebas stunting,” ajaknya.

Kegiatan selanjutnya dicanangkan Sekolah Siaga Kependudukan, sekaligus menyerahkan sarana pembelajaran kependudukan 1 unit komputer kepada SMPN 1 Tahuna, penyerahan bantuan ATTG bagi Kelompok UPPKA Makyys dari Desa Laine, Kecamatan Manganitu Selatan. (Riv)